AIR
TERJUN SILUMAN LANGKAT.
DI antara sayup-sayup kicauan burung serta
bunyi kresek dedaunan kering pagi
itu, setiap penjelajah alam yang tengah menelusuri jalur trekking di Desa Garunggang, Kecamatan Sei Bingei, Langkat, seolah bisa mendengar dengan jelas degup kencang jantung masing-masing.Sembari menatap jalan setapak yang terjal di tepi jurang, kami hanya bisa mengandalkan fantasi tentang sejuknya aliran air yang akan menyambut nanti sebagai satu-satunya penyemangat dalam melanjutkan langkah hari itu. Eksplorasi demi Air Terjun Siluman jelas takboleh berhenti sampai kamimenemukan sosok “mistis"tersebut.
itu, setiap penjelajah alam yang tengah menelusuri jalur trekking di Desa Garunggang, Kecamatan Sei Bingei, Langkat, seolah bisa mendengar dengan jelas degup kencang jantung masing-masing.Sembari menatap jalan setapak yang terjal di tepi jurang, kami hanya bisa mengandalkan fantasi tentang sejuknya aliran air yang akan menyambut nanti sebagai satu-satunya penyemangat dalam melanjutkan langkah hari itu. Eksplorasi demi Air Terjun Siluman jelas takboleh berhenti sampai kamimenemukan sosok “mistis"tersebut.
Kabupaten Langkat yang telah lama dikenal
sebagai gudangnya air terjun di Sumatera Utara.Ibarat
gayung bersambut, syukurlah sang mentari juga merestui perjalanan kami sejak
awal. Kondisi cuaca sangatlah menentukan kelancaran sebuah ekspedisi, terutama di
saat akses jalan menuju destinasi wisata lokal seperti ini belum memadai.Tentu
saja kami tidak berharap banyak pada pemandangan sederhana berupa pepohonan,
sungai, serta deretan sawit milik warga saat melewati rute Medan - Langkat
selama ± 3 jam. Bukankah kemurnian air terjun
Siluman yang jauh lebih menggoda masih menunggu untuk dijamah? Namun Desa Garunggang yang menjadi check point terakhir tidaklah ramah-ramah amat pada para pendatang macam kami. Lumpur tebal yang menutupi jalan hingga pemukiman terakhir sangat berpotensi melumpuhkan kendaraan apapun. Dus, jalan kaki lantas menjadi alternatif terbaik di sini, hitung-hitung pemanasanlah sebelum menghadapi “ujian' yang sesungguhnya.
Siluman yang jauh lebih menggoda masih menunggu untuk dijamah? Namun Desa Garunggang yang menjadi check point terakhir tidaklah ramah-ramah amat pada para pendatang macam kami. Lumpur tebal yang menutupi jalan hingga pemukiman terakhir sangat berpotensi melumpuhkan kendaraan apapun. Dus, jalan kaki lantas menjadi alternatif terbaik di sini, hitung-hitung pemanasanlah sebelum menghadapi “ujian' yang sesungguhnya.
JALUR PENGUJI NYALI
Sebatang bangkai pohon udah lama tumbang
memalang laju kami. Seolah memberikan isyarat “ welcome to the junggle”. jika pun
tidak bisa bikit ciut, paling tamu tidak diundang tidak akan berani macam-macam.
Dan Anda tahu, track selanjutnya pun dibikin lebih menantang! Semakin jauh ke
dalam, jalan setapak
yang kami lalui pun semakin menurun hingga
kemudian berujung pada sebuah jalur sempit menyerupai anak tangga yang dibentuk ala
kadarnya oleh warga setempat sebagai satu-satunya akses mencapai situs Air
Teriun Siluman. One way in, one way out, hm..Sampai di sini, risiko
"meregang nyawa" bisa terjadi kapan
saja. Karena tepat di sisi jalur itu, sebuah jurang yang
dengan berpengangan pada batang pepopohonan
yang seadanya, para city-dweler seperti kami benar-benar dituntut untuk memakai
insting demi keselamatan diri masing-masing!. Memasuki zona liar juga
menandakan bahwa kami harus kehilangan kontak dengan dunia luar karena signal
ponsel sama sekali tidak berdaya menembus pepohonan rimbun yang menjulang tinggi.
Namun walau ditambah dengan tubuh yang telah diselimuti oleh lumpur dan keringat,
ternyata tidak satupun dari kami yang takluk pada tantangan alam.Dan perlahan
tapi pasti. sosok air terjun menawan yang di tunggu-tunggu itu pun kian mendekat.
WUJUD SANG SILUMAN
sekitar
30 menit mengarungi rimba layaknya
Indiana Jones, lamat-lamat gemuruh dari air terjun mulai terdengar, the
hard work finally paid off. Tempat bersemayam sang "siluman" kini ada di
depan mata kami.
sejauh
mata memandang ketinggian air terjunnya mencapai 30 meter. Semburan air
dari sungai di puncaknya tidak lantas jatuh ke dasar, melainkan
mengalir melewati susunan bebatuan cadas yang diukir oleh alam. sebuah
kolam turquois jernih yang terbentang di bawahnya pun segera
membangkitkan semangat kami. kedalaman kolam relatif dangkal kira-kira 2
meter menjadikannya tempat yang seru untuk berenang atauoun sekedar
bermain air. Tidak sedikit pula pengunjung yang memamfaatkannya sebagai
spot untuk berselfi ria. sementara bagi anda yang cukup lincah dan
bernyali besar, clift jumping juga boleh dicoba sebab latar bebatuan di
sekitarnya masih bisa dipergunakan sebagai tempat berpijak begitu
selesai bercengkerama dengan dinginnya air, acara santap siang di alam
liar semakin menambah kenikmatan tersendiri bagi perjalanan ini, tak
peduli sederhana apapun menu makanan yang dibawa untuk mengisi perut
hari itu.
"NAMU BELANGA"
kami
tentu saja belum lupa dengan kemungkinan adanya makhluk jejadian yang
diam-diam menghuni tempat ini. Namun apakah julukan ini justru merupakan
sebuah muslihat dari penduduk setempat untuk mencegah agar potensi alam
ini tidak dinodai oleh oknum-oknum perusak lingkungan?, usut punya
usut, ternyata nama air terjun yang berbau mistis tersebutberasal dari
sebuah fenomena unik beruapa intensitas kemunculan serta debit aliran
airnya yang selalu berubah, kadang deras, lambat, bahkan bisa saja
lenyap seperti siluman. berkat keunikan ini juga, tidak sedikit warga
yang memilih menyebut sebagai air terjun namu belanga ( artinya "air terjun tidak menentu" dalam bahasa karo).
usahi beristirahat, tak disangka rintik hujan yang mulai turun menjadi
bagian dari perpisahan kami dengan dengannya, seolah sang siluman memang
tidak mengizinkan kami mengganggu ketenangan nya lebih lama lagi. meski
perjalanan pulang lagi-lagi menguras waktu dan energi yang tadi
terkumpul keasrian perkebunan warga tetap mampu menjadi pelipur
kepenatan yang mujarab.
Toh sekembalinya kami nanti tidak akan ada pemandangan seperti ini lagi di tengah hiruk-pikuk perkotaan.
No comments:
Post a Comment